Posted by : PRAJA 31.0995
Selasa, 16 Februari 2016
KOPASSUS
Komando Pasukan Khusus yang disingkat menjadi Kopassus adalah bagian dari Komando Utama (KOTAMA) tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat, Indonesia. Kopassus memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror.
Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu menangani tugas-tugas yang berat. Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, operasi pembebasan sandera perompak Somalia, serta berbagai operasi militer lainnya. Dikarenakan misi dan tugas operasi yang bersifat rahasia, mayoritas dari kegiatan tugas daripada satuan Kopassus tidak akan pernah diketahui secara menyeluruh. Contoh operasi Kopassus yang pernah dilakukan dan tidak diketahui publik seperti: Penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk di kordinasikan dengan pihak Amerika Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi patroli jarak jauh (long range recce) di perbatasan Papua nugini.
Prajurit Kopassus dapat mudah dikenali dengan baret merah yang disandangnya, sehingga pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret merah.
Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu menangani tugas-tugas yang berat. Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, operasi pembebasan sandera perompak Somalia, serta berbagai operasi militer lainnya. Dikarenakan misi dan tugas operasi yang bersifat rahasia, mayoritas dari kegiatan tugas daripada satuan Kopassus tidak akan pernah diketahui secara menyeluruh. Contoh operasi Kopassus yang pernah dilakukan dan tidak diketahui publik seperti: Penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk di kordinasikan dengan pihak Amerika Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi patroli jarak jauh (long range recce) di perbatasan Papua nugini.
Prajurit Kopassus dapat mudah dikenali dengan baret merah yang disandangnya, sehingga pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret merah.
SEJARAH KOPASSUS
Kesko TT III/Siliwangi
Pada tanggal 16 April 1952, Kolonel A.E. Kawilarang
mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Ide
pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan
Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku. Saat itu A.E. Kawilarang bersama
Letkol Slamet Riyadi (Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan
komando RMS. A.E. Kawilarang bercita-cita untuk mendirikan pasukan komando yang
dapat bergerak tangkas dan cepat.
Komandan pertama saat itu adalah Idjon Djanbi. Idjon Djanbi
adalah mantan kapten KNIL Belanda kelahiran Kanada, yang memiliki nama asli
Kapten Rokus Bernardus Visser. Pada tanggal 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan
dari Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Darat
(KSAD).
KKAD
Pada tanggal 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari
komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan
Darat (KKAD).
RPKAD
Tanggal 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi
Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang tetap dipimpin oleh
Mochamad Idjon Djanbi.
Tahun 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, di
timur Jakarta. Dan pada tahun 1959 itu pula Kepanjangan RPKAD diubah menjadi
Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Saat itu organisasi militer itu
telah dipimpin oleh Mayor Kaharuddin Nasution.
Pada saat operasi penumpasan DI/TII, komandan pertama, Mayor
Idjon Djanbi terluka, dan akhirnya digantikan oleh Mayor RE Djailani.
Puspassus AD
Pada tanggal 12 Desember 1966, RPKAD berubah pula menjadi
Pusat Pasukan Khusus AD (Puspassus AD). Nama Puspassus AD ini hanya bertahan
selama lima tahun. Sebenarnya hingga tahun 1963, RPKAD terdiri dari dua
batalyon, yaitu batalyon 1 dan batalyon 2, kesemuanya bermarkas di Jakarta.
Ketika, batalyon 1 dikerahkan ke Lumbis dan Long Bawan, saat konfrontasi dengan
Malaysia, sedangkan batalyon 2 juga mengalami penderitaan juga di Kuching,
Malaysia. Personel nyata RPKAD saat itu tak lebih dari 1 Batalyon, hal ini
membuat komandan RPKAD saat itu, Letnan Kolonel Sarwo Edhie -karena
kedekatannya pribadi dengan Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Ahmad
Yani, meminta penambahan personel dari 2 batalyon Banteng di Jawa Tengah. Saat
menumpas DI/TII di Jawa Tengah, Ahmad Yani membentuk operasi "Gerakan
Banteng Negara" (GBN)yang sering disebut Batalyon Banteng Raiders. Ahmad
Yani menyanggupi dan memberikan Batalyon 441"Banteng Raider III",
Jatingaleh, Semarang dan Batalyon Lintas Udara 436 "Banteng Raider
I", Magelang. Melalui rekrutmen dan seleksi latihan Raider di Bruno
Purworejo dan latihan Komando di Batujajar maka Batalyon 441 "Banteng
Raider III" ditahbiskan sebagai Batalyon 3 RPKAD (Tri Budhi Maha Sakti) di
akhir tahun 1963. Menyusul kemudian Batalyon Lintas Udara 436 "Banteng
Raider I", Magelang menjadi Batalyon 2 menggantikan batalyon 2 lama yang
kekurangan tenaga di pertengahan 1965. Perbedaan yang mencolok adalah prajurit
RPKAD pada Batalyon-1 dan 2 awal di Cijantung diambil dari seleksi anak-anak
muda (sipil) sementara pada Batalyon-2 dan 3 seleksi prajurit RPKAD diambil
dari prajurit "jadi" yang sudah mempunyai "jam terbang" dan
pengalaman dalam operasi - operasi militer. Sedangkan Batalyon 454
"Banteng Raider II" tetap menjadi batalyon di bawah naungan Kodam
Diponegoro. Batalyon ini kelak berpetualang di Jakarta dan terlibat tembak
menembak dengan Batalyon 1 RPKAD di Hek. (Bekas markas Yon-3 RPKAD kini
digunakan sebagai Yon Arhanudse, Semarang. Bekas markas Yon-2 RPKAD Magelang
sekarang Rindam IV Diponegoro. Batalyon-454 berubah menjadi Yonif-401/BR (
Banteng Raiders ) kini Yonif-400 Raider berkedudukan di Srondol, Semarang).
Kopassandha
Tanggal 17 Februari 1971, resimen tersebut kemudian diberi
nama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).
Dalam operasi di Timor Timur pasukan ini memainkan peran
sejak awal. Mereka melakukan operasi khusus guna mendorong integrasi Timtim
dengan Indonesia. Pada tanggal 7 Desember 1975, pasukan ini merupakan angkatan
utama yang pertama ke Dili. Pasukan ini ditugaskan untuk mengamankan lapangan
udara. Sementara Angkatan Laut dan Angkatan Udara mengamankan kota. Semenjak
saat itu peran pasukan ini terus berlanjut dan membentuk sebagian dari kekuatan
udara yang bergerak (mobile) untuk memburu tokoh Fretilin, Nicolau dos Reis
Lobato pada Desember 1978. Prestasi yang melambungkan nama Kopassandha adalah
saat melakukan operasi pembebasan sandera yaitu para awak dan penumpang pesawat
DC-9 Woyla Garuda Indonesian Airways yang dibajak oleh lima orang yang mengaku
berasal dari kelompok ekstremis Islam "Komando Jihad" yang dipimpin
Imran bin Muhammad Zein, 28 Maret 1981. Pesawat yang tengah menerbangi rute
Palembang-Medan itu sempat didaratkan di Penang, Malaysia dan akhirnya mendarat
di Bandara Don Mueang, Bangkok. Di bawah pimpinan Letkol Sintong Panjaitan,
pasukan Kopassandha mampu membebaskan seluruh sandera dan menembak mati semua
pelaku pembajakan. Korban yang jatuh dari operasi ini adalah Capa (anumerta)
Achmad Kirang yang meninggal tertembak pembajak serta pilot Kapten Herman Rante
yang juga ditembak oleh pembajak. Imran bin Muhammad Zein ditangkap dalam
peristiwa tersebut dan dijatuhi hukuman mati.
Pada tahun 1992 menangkap penerus Lobato, Xanana Gusmao,
yang bersembunyi di Dili bersama pendukungnya.
Kopassus
Dengan adanya reorganisasi di tubuh ABRI, sejak tanggal 26
Desember 1986, nama Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus yang
lebih terkenal dengan nama Kopassus hingga kini.
ABRI selanjutnya melakukan penataan kembali terhadap grup di
kesatuan Kopassus. Sehingga wadah kesatuan dan pendidikan digabungkan menjadi
Grup 1, Grup 2, Grup 3/Pusdik Pasuss, serta Detasemen 81.
Sejak tanggal 25 Juni 1996 Kopasuss melakukan reorganisasi
dan pengembangan grup dari tiga Grup menjadi lima Grup.
Grup 1/Parakomando — berlokasi di Serang, Banten
Grup 2/Parakomando — berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus — berlokasi di Batujajar,
Jawa Barat
Grup 4/Sandhi Yudha — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
Grup 5/Anti Teror — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
Detasemen 81, unit anti teroris Kopassus, ditiadakan dan
diintegrasikan ke grup-grup tadi. Sebutan bagi pemimpin Kopassus juga
ditingkatkan dari Komandan Kopassus yang berpangkat Brigjen menjadi Komandan
Jendral (Danjen) Kopassus yang berpangkat Mayjen bersamaan dengan reorganisasi
ini.
STRUKTUR SATUAN KOPASSUS
Pasukan Kopassus
Perbedaan struktur dengan satuan infanteri lain
Struktur organisasi Kopassus berbeda dengan satuan infanteri
pada umumnya. Meski dari segi korps, para anggota Kopassus pada umumnya berasal
dari Korps Infanteri, namun sesuai dengan sifatnya yang khusus, maka Kopassus
menciptakan strukturnya sendiri, yang berbeda dengan satuan infanteri lainnya.
Kopassus sengaja untuk tidak terikat pada ukuran umum satuan
infanteri, hal ini tampak pada satuan mereka yang disebut Grup. Penggunaan
istilah Grup bertujuan agar satuan yang dimiliki mereka terhindar dari standar
ukuran satuan infanteri pada umumnya (misalnya Brigade). Dengan satuan ini,
Kopassus dapat fleksibel dalam menentukan jumlah personel, bisa lebih banyak
dari ukuran brigade (sekitar 5000 personel), atau lebih sedikit.
Lima Grup Kopassus
Kopassus - Demo Bela Diri
Secara garis besar satuan dalam Kopassus dibagi dalam lima
Grup, yaitu:
• Grup
1/Para Komando - berlokasi di Serang, Banten
• Grup
2/Para Komando - berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
• Pusat
Pendidikan Pasukan Khusus - berlokasi di Batujajar, Jawa Barat
• Grup
3/Sandhi Yudha - berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
• Satuan
81/Penanggulangan Teror - berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
Kecuali Pusdikpassus, yang berfungsi sebagai pusat
pendidikan, Grup-Grup lain memiliki fungsi operasional (tempur). Dengan
demikian struktur Pusdikpassus berbeda dengan Grup-Grup lainnya. Masing-masing
Grup (kecuali Pusdikpassus), dibagi lagi dalam batalyon, misalnya: Yon 11, 12
dan 13 (dari Grup 1), serta Yon 21, 22 dan 23 (dari Grup 2).
Jumlah Personel
Karena Kopassus merupakan pasukan khusus, maka dalam
melaksanakan operasi tempur, jumlah personel yang terlibat relatif sedikit,
tidak sebanyak jumlah personel infanteri biasa, dengan kata lain tidak
menggunakan ukuran konvensional mulai dari peletonhingga batalyon. Kopassus
jarang sekali (mungkin tidak pernah) melakukan operasi dengan melibatkan
kekuatan satu batalyon sekaligus.
Istilah di kesatuan
Karena berbeda dengan satuan pada umumnya, satuan di bawah
batalyon bukan disebut kompi, tetapi detasemen, unit atau tim. Kopassus jarang
melibatkan personel yang banyak dalam suatu operasi. Supaya tidak terikat
dengan ukuran baku pada kompi atau peleton, maka Kopassus perlu memiliki
sebutan tersendiri bagi satuannya, agar lebih fleksibel.
Pangkat komandan
• Komandan
Grup berpangkat Kolonel,
• Komandan
Batalyon berpangkat Letnan Kolonel,
• Komandan
Detasemen, Tim, Unit, atau Satuan Tugas Khusus, adalah perwira yang pangkatnya
disesuaikan dengan beban tugasnya (mulai Letnan sampai Mayor).
Daftar Komandan Kopassus
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus
Saat ini, Kopassus di pimpin oleh seorang Komandan Jenderal
(Danjen) yang berpangkat Mayor Jenderal. Saat ini jabatan Danjen diduduki oleh
Mayjen TNI Muhammad Herindra.
Isu dan berita yang terkait dengan Kopassus
ada tahun 1998, nama Kopassus sempat tercoreng berkaitan dengan aktivitas Tim Mawar yang dituding bertanggung jawab terhadap kegiatan penculikan dan penghilangan nyawa beberapa aktivis pro demokrasi. Nama Kopassus kembali tercoreng setelah Peristiwa Mei 1998, ketika banyak hasil penelitian tim pencari fakta independen menemukan adanya organisasi terstruktur rapi dalam militer yang dengan sengaja dan maksud tertentu menyulut kerusuhan massa di Jakarta dan Surakarta (kedua kota tersebut secara kebetulan adalah daerah basis/markas Kopassus, yaitu Cijantung-Jakarta dan Kandang Menjangan-Surakarta). Pada 2007 masalah Tim Mawar ini kembali mencuat ke permukaan melihat kenyataan bahwa 11 tentara yang terlibat (6 di antaranya dipecat pada 1999), ternyata tidak jadi dipecat tetapi tetap meniti karier, naik pangkat dan beberapa diketahui memegang posisi-posisi penting seperti Dandim dengan pangkat kolonel. Panglima TNI menyatakan hanya 1 dari 6 perwira tersebut yang benar-benar dipecat.
Yah sekian dan bagi teman-teman yang ingin masuk Kopassus mari kita banyak berdoa dan berlatih karena saya juga bercita-cita masuk pasukan ini, dan bagi abang-abang Kopassus, salam hormat dan selalu semangat dalam berlatih dan bertugas.
Jangan lupa di komen di bawah
di salin dan di edit sebagian oleh saya
sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Komando_Pasukan_Khusus
Pada tanggal 16 April 1952, Kolonel A.E. Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku. Saat itu A.E. Kawilarang bersama Letkol Slamet Riyadi (Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS. A.E. Kawilarang bercita-cita untuk mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat.
Pada tanggal 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).
Tanggal 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang tetap dipimpin oleh Mochamad Idjon Djanbi.
Pada tanggal 12 Desember 1966, RPKAD berubah pula menjadi Pusat Pasukan Khusus AD (Puspassus AD). Nama Puspassus AD ini hanya bertahan selama lima tahun. Sebenarnya hingga tahun 1963, RPKAD terdiri dari dua batalyon, yaitu batalyon 1 dan batalyon 2, kesemuanya bermarkas di Jakarta. Ketika, batalyon 1 dikerahkan ke Lumbis dan Long Bawan, saat konfrontasi dengan Malaysia, sedangkan batalyon 2 juga mengalami penderitaan juga di Kuching, Malaysia. Personel nyata RPKAD saat itu tak lebih dari 1 Batalyon, hal ini membuat komandan RPKAD saat itu, Letnan Kolonel Sarwo Edhie -karena kedekatannya pribadi dengan Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Ahmad Yani, meminta penambahan personel dari 2 batalyon Banteng di Jawa Tengah. Saat menumpas DI/TII di Jawa Tengah, Ahmad Yani membentuk operasi "Gerakan Banteng Negara" (GBN)yang sering disebut Batalyon Banteng Raiders. Ahmad Yani menyanggupi dan memberikan Batalyon 441"Banteng Raider III", Jatingaleh, Semarang dan Batalyon Lintas Udara 436 "Banteng Raider I", Magelang. Melalui rekrutmen dan seleksi latihan Raider di Bruno Purworejo dan latihan Komando di Batujajar maka Batalyon 441 "Banteng Raider III" ditahbiskan sebagai Batalyon 3 RPKAD (Tri Budhi Maha Sakti) di akhir tahun 1963. Menyusul kemudian Batalyon Lintas Udara 436 "Banteng Raider I", Magelang menjadi Batalyon 2 menggantikan batalyon 2 lama yang kekurangan tenaga di pertengahan 1965. Perbedaan yang mencolok adalah prajurit RPKAD pada Batalyon-1 dan 2 awal di Cijantung diambil dari seleksi anak-anak muda (sipil) sementara pada Batalyon-2 dan 3 seleksi prajurit RPKAD diambil dari prajurit "jadi" yang sudah mempunyai "jam terbang" dan pengalaman dalam operasi - operasi militer. Sedangkan Batalyon 454 "Banteng Raider II" tetap menjadi batalyon di bawah naungan Kodam Diponegoro. Batalyon ini kelak berpetualang di Jakarta dan terlibat tembak menembak dengan Batalyon 1 RPKAD di Hek. (Bekas markas Yon-3 RPKAD kini digunakan sebagai Yon Arhanudse, Semarang. Bekas markas Yon-2 RPKAD Magelang sekarang Rindam IV Diponegoro. Batalyon-454 berubah menjadi Yonif-401/BR ( Banteng Raiders ) kini Yonif-400 Raider berkedudukan di Srondol, Semarang).
Tanggal 17 Februari 1971, resimen tersebut kemudian diberi nama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).
Dengan adanya reorganisasi di tubuh ABRI, sejak tanggal 26 Desember 1986, nama Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus yang lebih terkenal dengan nama Kopassus hingga kini.
STRUKTUR SATUAN KOPASSUS
Perbedaan struktur dengan satuan infanteri lain
Secara garis besar satuan dalam Kopassus dibagi dalam lima Grup, yaitu:
Jumlah Personel
Karena Kopassus merupakan pasukan khusus, maka dalam melaksanakan operasi tempur, jumlah personel yang terlibat relatif sedikit, tidak sebanyak jumlah personel infanteri biasa, dengan kata lain tidak menggunakan ukuran konvensional mulai dari peletonhingga batalyon. Kopassus jarang sekali (mungkin tidak pernah) melakukan operasi dengan melibatkan kekuatan satu batalyon sekaligus.
Yah sekian dan bagi teman-teman yang ingin masuk Kopassus mari kita banyak berdoa dan berlatih karena saya juga bercita-cita masuk pasukan ini, dan bagi abang-abang Kopassus, salam hormat dan selalu semangat dalam berlatih dan bertugas.
Jangan lupa di komen di bawahdi salin dan di edit sebagian oleh saya
sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Komando_Pasukan_Khusus
Artikelnya bagus bisa menambah wawasan tentang Kopassus bagi yang ingin masuk kopassus.👍 Jangan lupa kunjungi blog saya alamat (revalloway28.blogspot.co.id)
BalasHapus